Banten
16 Juli 2015- Sangat tercengang ketika suatu waktu saya di beri kesempatan
untuk bisa dekat dengan masyarakat khususnya masyarakat petani di desa
terpencil, ada sebuah harapan besar untuk bisa membangun desa tersebut menjadi
lebih maju. Pengalaman pertama kalinya dan pengalaman yang sangat luar biasa,
ketika mengetahui keadaan petani yang sesungguhnya.
Ada
sebuah kebanggaan yang tak bisa untuk diutarakan. Walaupun demikian, kuliah di
pertanian itu tantangan untuk saya. Mengapa? Karena salah satu alasannya negara
ini adalah negara agraris. Dimana sebagian besar penduduk di Indonesia ini
adalah petani, dari mulai petani gurem, sampai petani berdasi.
Dan sungguh menyenangkan bagi saya jika masa depan saya sukses di bidang ini,
menjadi petani berdasi, dan pemberdaya masyarakat tani. Selain itu, peluang bekerjanya
pun sangat luas, baik dari sektor industrinya (Pupuk, pestisida, benih),
budidaya, perusahaan perkebunan dan pertanian, pegawai pemerintah, wirausaha,
perbankan, dan lain sebagainya.
Paradigma
masyarakat memang masih menganggap pertanian dengan sebelah mata. Mereka
menganggap bahwa pertanian itu kotor, sawah, ladang, sulit air, buruh tani,
cangkul dan ani-ani, dan sebagainya. Itu semua memanglah benar,
tapi bukanlah patokan definisi pertanian. Kompleks memang jika berbicara
tentang pertanian, karena dunia pertanian sangatlah luas. Namun, saya mengambil
kesimpulan dari kuliah yang saya dapat, bahwa pertanian secara garis besar
adalah bio-industry. Menurut hemat saya, paradigma yang
berkembang di masyarakat haruslah diubah, karena pertanian bukanlah kasta
terendah dalam kehidupan. Ini tugas bersama.
Ketika
saya terjun di masyarakat, dan mereka menanyakan program studi kuliah saya,
lalu mereka mengetahui saya kuliah di Fakultas Pertanian, betapa terharunya
hati saya. Betapa tidak, mereka merasa bahagia karena masih ada generasi muda
yang mau menjadi mahasiswa untuk mempelajari pertanian. Seakan ada harapan
dalam benak mereka akan masa depan pertanian di Negara ini. Tak sedikit pula
dari mereka yang mengungkapkan rasa bangganya dengan mengatakan langsung kepada
saya. Ini memompa semangat saya akan masa depan yang cerah, dan membangun
pertanian yang lebih baik di Negeri yang mulai mengidolakan dunia industri ini.
Namun,
terkadang saya pun merasa memiliki beban di punduk ini. Harapan-harapan mereka akan
eksistensi seorang mahasiswa dari fakultas pertanian kemudian satu
per satu terungkap. Mulai dari bagaimana membangun desa yang mereka
tinggali ketika mereka ingin bertahan dengan bernaung pada pertanian, sampai
dengan bagaimana mereka menyekolahkan anak mereka dengan pertanian. Hati saya
bergetar dan bertanya pada diri saya sendiri. "Bagaimana saya bisa
melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk mereka para petani??"
Sungguh,
harapan mereka adalah motivasi besar untuk saya selain dari keluarga. Untuk
rekan-rekan lain yang kuliah mempelajari disiplin ilmu pertanian, pasti
setidaknya pernah merasakan hal sama saya rasakan. Ini renungan untuk kita,
apabila kelak setelah kita lulus sebagai Sarjana Pertanian. Ya, mahasiswapertanian apabila
nantinya jadi pengambil keputusan untuk pertanian, cobalah untuk turun
langsung ke lapang. Melihat bagaimana kondisi petani di Indonesia yang
sebenarnya. Petani dengan lahan garapan yang tidak luas sebutlah
petani gurem, penghasilannya jauh sekali dari UMR, itu pun
kalau hasilnya maksimal.Cobalah buat kebijakan yang menguntungkan petani. Jaga
harga produk pertanian dan harga bahan untuk proses kelangsungan budidaya
seperti harga pupuk, dan sebagainya, serta kapan waktu yang tepat
untukberlakunya subsidi hasil pertanian.
Ini
adalah tulisan kecil dari seorang mahasiswa pertanian. Besar sekali harapan
untuk memajukan pertanian di Negeri ini. Negeri ini adalah negeri yang tanahnya
paling subur di planet ini. Yups ada sebuah lagu yang syairnya menyebutkan kayu
dan batu bisa jadi tanaman. Tapi mengapa petaninya masih banyak yang tidak
hidup layak? Inilah pertanyaan besar yang sampai saat ini saya terus mencari
jawaban di bangku kuliah ataupun di luar sana, sembari mencari cara bagaimana
memecahkannya. Hati kecil saya berkata, "Semoga saya bisa melakukan
sesuatu untuk petani kelak”. Aamiin
0 komentar:
Posting Komentar