Jumat, 19 Februari 2016

Tulisan Kecil Seorang Mahasiswa Pertanian



Banten 16 Juli 2015- Sangat tercengang ketika suatu waktu saya di beri kesempatan untuk bisa dekat dengan masyarakat khususnya masyarakat petani di desa terpencil, ada sebuah harapan besar untuk bisa membangun desa tersebut menjadi lebih maju. Pengalaman pertama kalinya dan pengalaman yang sangat luar biasa, ketika mengetahui keadaan petani yang sesungguhnya.

Ada sebuah kebanggaan yang tak bisa untuk diutarakan. Walaupun demikian, kuliah di pertanian itu tantangan untuk saya. Mengapa? Karena salah satu alasannya negara ini adalah negara agraris. Dimana sebagian besar penduduk di Indonesia ini adalah petani, dari mulai petani gurem, sampai petani berdasi. Dan sungguh menyenangkan bagi saya jika masa depan saya sukses di bidang ini, menjadi petani berdasi, dan pemberdaya masyarakat tani. Selain itu, peluang bekerjanya pun sangat luas, baik dari sektor industrinya (Pupuk, pestisida, benih), budidaya, perusahaan perkebunan dan pertanian, pegawai pemerintah, wirausaha, perbankan, dan lain sebagainya.

Paradigma masyarakat memang masih menganggap pertanian dengan sebelah mata. Mereka menganggap bahwa pertanian itu kotor, sawah, ladang, sulit air, buruh tani, cangkul dan ani-ani, dan sebagainya. Itu semua memanglah benar, tapi bukanlah patokan definisi pertanian. Kompleks memang jika berbicara tentang pertanian, karena dunia pertanian sangatlah luas. Namun, saya mengambil kesimpulan dari kuliah yang saya dapat, bahwa pertanian secara garis besar adalah bio-industry. Menurut hemat saya, paradigma yang berkembang di masyarakat haruslah diubah, karena pertanian bukanlah kasta terendah dalam kehidupan. Ini tugas bersama.

Ketika saya terjun di masyarakat, dan mereka menanyakan program studi kuliah saya, lalu mereka mengetahui saya kuliah di Fakultas Pertanian, betapa terharunya hati saya. Betapa tidak, mereka merasa bahagia karena masih ada generasi muda yang mau menjadi mahasiswa untuk mempelajari pertanian. Seakan ada harapan dalam benak mereka akan masa depan pertanian di Negara ini. Tak sedikit pula dari mereka yang mengungkapkan rasa bangganya dengan mengatakan langsung kepada saya. Ini memompa semangat saya akan  masa depan yang cerah, dan membangun pertanian yang lebih baik di Negeri yang mulai mengidolakan dunia industri ini.

Namun, terkadang saya pun merasa memiliki beban di punduk ini. Harapan-harapan mereka akan eksistensi seorang mahasiswa dari fakultas pertanian kemudian satu per satu terungkap. Mulai dari bagaimana membangun desa yang mereka tinggali ketika mereka ingin bertahan dengan bernaung pada pertanian, sampai dengan bagaimana mereka menyekolahkan anak mereka dengan pertanian. Hati saya bergetar dan bertanya pada diri saya sendiri. "Bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk mereka para petani??"

Sungguh, harapan mereka adalah motivasi besar untuk saya selain dari keluarga. Untuk rekan-rekan lain yang kuliah mempelajari disiplin ilmu pertanian, pasti setidaknya pernah merasakan hal sama saya rasakan. Ini renungan untuk kita, apabila kelak setelah kita lulus sebagai Sarjana Pertanian. Ya, mahasiswapertanian apabila nantinya jadi pengambil keputusan untuk pertanian, cobalah untuk turun langsung ke lapang. Melihat bagaimana kondisi petani di Indonesia yang sebenarnya. Petani dengan lahan garapan yang tidak luas sebutlah petani gurem, penghasilannya jauh sekali dari UMR, itu pun kalau hasilnya maksimal.Cobalah buat kebijakan yang menguntungkan petani. Jaga harga produk pertanian dan harga bahan untuk proses kelangsungan budidaya seperti harga pupuk, dan sebagainya, serta kapan waktu yang tepat untukberlakunya subsidi hasil pertanian.

Ini adalah tulisan kecil dari seorang mahasiswa pertanian. Besar sekali harapan untuk memajukan pertanian di Negeri ini. Negeri ini adalah negeri yang tanahnya paling subur di planet ini. Yups ada sebuah lagu yang syairnya menyebutkan kayu dan batu bisa jadi tanaman. Tapi mengapa petaninya masih banyak yang tidak hidup layak? Inilah pertanyaan besar yang sampai saat ini saya terus mencari jawaban di bangku kuliah ataupun di luar sana, sembari mencari cara bagaimana memecahkannya. Hati kecil saya berkata, "Semoga saya bisa melakukan sesuatu untuk petani kelak”. Aamiin

Sabtu, 23 Januari 2016

Thanks for Being My Part Dear ({})



Tak ada hal yang lebih indah dibandingkan dengan bertemu seseorang atau banyak orang yang mampu beresonansi dengan kita. Mampu mengerti kita. Mampu memahami kita. Menemani kita disaat kita berada di atas maupun di bawah. Sahabat, pasangan, dan mungkin partner kerja. Bahagianya aku memiliki kalian. Kalian yang mampu menerimaku bagaimanapun bentuknya aku, bagaimanapun parahnya aku, bagaimanapun kelakuanku, bagaimanapun gilanya aku, dan bagaimanapun jeleknya aku. Tanpa terlupa untuk mengingatkanku untuk tetap dapat berdiri di koridor yang benar. Itulah perhatian. Tak ada alasan buatku untuk tidak bersyukur memiliki kalian dalam hidupku.
Kalian yang senantiasa mengajak ku tersenyum bersama, menghiburku di saat aku berduka, mengingatkan ku disaat aku terlupa, dan mungkin memarahiku ketika aku bertindak kelewat batas. Ya, kalian lakukan itu semua. Dan aku senang hati menerimanya. Semoga resonansi kita tidak akan pernah terputus.
Tetaplah kita berjalan beriringan. tanpa salah satu harus di depan atau di belakang, tanpa ada yang merasa memimpin dan dipimpin. Kita melangkah bersama, aku akan menggandeng kalian di kiri dan kanan dan tentu saja dengan seulas senyuman. aah… semoga yang terbaik untuk kalian. Kesuksesan Dunia Akhirat. Tidak ada yang lebih indah dari pada doa itu, kawan.. thanks for being my part, walaupun kadang kala aku menduakanmu, mentigakanmu atau mungkin melimakanmu.. But You never gonna leave. Always stay with me Desi, Boen, Aciw, Abang, Rey, Dikuk, Alif,  Love u all my dear.. ({}) :*